Minggu, 18 Juli 2010

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-1

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-2

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-3

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-4

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-5

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-6

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-7

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-8

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-9

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-10

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-11

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-12

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-13

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-14

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-15

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-15

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-16

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS=17

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS=18

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS=19

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS=20

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-21

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-22

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS-23

PESAN PESAN LAO TSE/SUMBER:LAO-TZE- QUOTES,PPS

Kamis, 17 Juni 2010

NEI GONG( TENAGA DALAM)

NEI GONG / TENAGA DALAM( )

Internal Energy adalah Tenaga Dalam. Nei gong ( ) Tenaga dalam disini adalah Tiga macam energy dalam bentuk murni. Kita mengenalnya yang pertama sebagai Jing ( )atau Generative Energy yaitu suatu Zat yang bila masuk kekandung Sperma maka akan menjadi Sperma dan bila masuk keindung telur maka menjadi Telur/ Oval. Kemudian yang kedua Qi ( baca: Chi) adalah energy Vital dan yang ketiga adalah Shen atau Spiritual Energy/Ling Qi (灵 )。


Ketika kita dalam kandungan Ibu, ketiga energy ini, yaitu Jing Qi Shen ada dalam keadaan bentuk aslinya dan tidaklah ternoda.

Waktu pertama kali menarik napas, melakukan kegiatan sexual, berpikir melekat pada kebendaan dan keduniawian maka Jing Qi Shen tersebut menjadi tidak murni dan kehilangan kwalitas Xian Tian ( )

Proses merubahnya kembali kekeadaan semula atau aslinya adalah dengan mempersatukan Jing Qi Shen dan memurnikannya Pemurnian dan mempersatukan Jing Qi Shen tersebut adalah diumpamakan bagai melebur Logam Dasar menjadi Logam Murni dimana didalam wadah peleburan “Logam Dasar” tersebut dibersihkan dan dimurnikan.


Dalam proses peleburan tersebut biasanya kita mengenal istilah kompor atau anglo sebagai generator dan ketel sebagai wadah peleburan. Dalam pemurnian tersebut, Dan Tian bawah ( ) adalah tempat Api kimiawi dibentuk.


Jing Qi Shen masing2 dimurnikan dalam masing2 Ketel yaitu bawah, tengah dan atas. Pada tubuh fisik Dan Tian Atas ( ) adalah terpusat diantara kedua Alis Mata. Dan Tian Tengah ( ) terpusat di solar plexus dan Tan Tian Bawah terpusat satu inch dibawah pusar dalam Akupunkture disebut Qi Hai atau lautan energy.

Dan Tian ( ) bukanlah suatu titik point seperti dalam charka tetapi suatu area seperti ditunjukan dalam hurup Tian yang berarti sawah.

Dalam proses pemurnian seringkali kita mendengar kata2 sebagai berikut:

Lian Jing Hoa Qi, Lian Qi Hoa Shen, Lian Shen Hoa Wu Qi…

气,练 神,练 。。。


Melatih Jing (Generative Energy) merubah dan memurnikannya menjadi Qi (Energy Murni/Zhen Qi ( ) yaitu Energy yang tak dapat diraba).

Melatih Qi (Energy Murni ) merubah dan memurnikannya menjadi Ling Qi (Spiritual Energy) atau Shen )。 Ling Qi tidak berbentuk dan dapat disalurkan ke organ2 tubuh dan keseluruh tubuh. Bila tubuh terisi oleh energy ini, tingkat ini dikenal sebagai Wu Xing (Lima Elemen ) kembali keasalnya.

Melatih Shen (Spiritual Energy) memasuki Alam Wu Ji. Pada tingkat ini Kan (Air) berinteraksi dengan Li (Api). Ini adalah penyelaman “Api” didalam “Air” (Immersion of Fire in Water), Yuan Shen diproses ke penyempurnaan, kembali keasal muasal yaitu Alam Wu Ji . Tingkat ini dikenal sebagai pengembangan dari Yuan Shen kembali pada “kekosongan” atau bila kita bandingkan dengan Ajaran Buddha kekosongan ini berarti kesunyataan, kemudian pengembangan kekosongan/void manunggal dengan Tao.


Dimanakah letak Gerbang Menuju Keabadian tersebut?


Penganut Ajaran Tao menamakannya sebagai Xuan Guan atau Gerbang Misterius atau Lembah Spirit.

Gerbang atau pintu berarti membuka dan lembah berarti menunjukan kekosongan/Void.

Pada tingkat fisik Lembah Spirit adalah Ming Men atau Gerbang Kehidupan terletak pada tulang belakang diantara kedua Ginjal. Ming Men mengontrol pergerakannya Jing (generative energy) di Dan Tian Bawah (daerah dibawah pusar).

Pada tingkat spiritual adalah kesadaran yang terbebas dari sensasi-sensasi Enam Napsu Indra yaitu Lima Indra ditambah dengan Pikiran (bentuk2 Pikiran) kita kenal sebagai Liu Yi dan Emosi biasa disebut sebagai Qi Qing atau Tujuh macam Emosi yaitu Senang, Marah, Sedih, Takut, Asmara, Dengki dan Ambisi, Xi Nu Ai Ju Ai E Yu/Yi /意)。

Enam Napsu Indra dan Tujuh macam Emosi ini adalah tiga belas anasir yang bila ada dalam control Shen/mind atau kesadaran pikiran maka akan menjadi 13 anasir yang menghidupkan, tetapi bila Shen yang dikuasai ketiga belas element tersebut maka akan menjadi 13 anasir yang merusak dan bahkan mematikan.

Contoh:


Bila emosi2 yang berlebihan hingga menguasai kita punya Shen/Pikiran/Kesadaran maka akan menjadi unsur yang merusak.


Senang/gembira/suka-cita unsurnya API ( Panas ) , akan melukai Jantung, Sampul Janjung, Usus Kecil san San Ciao.


Marah, unsurnya adalah KAYU ( Angin ), akan melukai Hati, Kandung Empedu.


Ketakutan usurnya AIR ( Dingin ), akan melukai Ginjal dan Kandung Kemih.


Sedih/Susah/Cemas/Bimbang unsurnya LOGAM ( Kering ), akan melukai Paru-paru dan Usus Besar.


Obsesi/Kuwatir unsurnya TANAH ( Lembab ), akan melukai Limpa dan Lambung.


Cinta yang membabi buta akan mempengaruhi pikiran.


Kedengkian/Kebencian akan mempengaruhi perangai atau sifat kita.


Kita yang berlatih Taichi chuan atau Xiu lian, hindarilah sesuatu yang ektrim, sesuatu yang berlebih-lebihan dan sok agung2 an/sikap merasa lebih baik dari yang lain. Bersikaplah yang wajar dan alami begitu juga dalam jurus2 Taichi chuan.


Sesuatu yang ekstrim, berlebihan atau sok agung2an akan membuat ketidak seimbangan.


Contohnya dalam memilih makananpun bila berlebihan maka akan berpengaruh buruk:


Terlalu banyak makan manis akan mengganggu Ginjal melalui terganggunnya Limpa.


Terlalu banyak makan Asam akan mengganggu Limpa melalui terganggunya Hati.


Terlalu banyak makan Pedas akan mengganggu Hati melalui terganggunya Paru2.


Terlalu banyak makan Asin akan mengganggu Jantung melalui terganggunya Ginjal.


Terlalu banyak makan pahit Misalnya: nikotin) akan mengganggu Paru2 melalui terganggunya Jantung.


Kebiasaan yang berlebihanpun akan menimbulkan penyakit2 seperti misalnya:


Terlalu banyak tidur akan mengganggu Shen Jantung.


Terlalu banyak berpikir akan mengganggu Ginjal, Jantung & Limpa.


Terlalu banyak duduk akan mengganggu Otot merusak Limpa.


Terlalu banyak berdiri akan mengganggu Tulang merusak Ginjal.


Terlalu banyak jalan akan mengganggu Tendon merusak Hati.


Terlalu banyak melihat akan menganggu Darah merusak Hati, Jantung & Limpa.


Terlalu banyak bicara menguras Chi (Energy Vital) merusak paru2.


Energy pada organ tubuh hendaknya seimbang, kelebihan energy Yin biasa disebut Xu atau kelebihan energy yang Yang biasa disebut Shi didalam tubuh akan mengakibatkan ketidak harmonisan.


Misalnya:


Xu Hati/Hepatic Asthenia gejalahnya Depresi


Xu Limpa/Splenic Asthenia Kelemahan Pikiran/konsentrasi


Xu Jantung/Cardiat Asthenic Kesedihan


Xu Paru-paru/Pumonarix Ast. Susah


Xu Ginjal/Renal Asthenic Takut


Shi Hati/Hepatic Neurosis Marah


Shi Jantung/Cardiat Neurosis Riang


Shi Limpa/Splenic Neurosis Obsesi


Shi Paru-paru/Palmonarix N. Acuh


Shi Ginjal/Renal Neurosis Sembrono.


Dengan spiritual energyling chi ( ) atau Shen ( ) menjadi murni maka enam napsu indra dan tujuh emosi atau tiga belas anasir akan menjadi menjadi 13 anasir yang berguna.

Jumat, 11 Juni 2010

MAJALAH NIRMALA -FEB.2010 -SOSOK

Sumber: Majalah Nirmala Februari 2010
Penulis: Endang Ariani

Sosok
NIRMALA Februari 2010

Belajar
Tai Chi Chuan
pada Suhu Handaka


Kehidupan yang sehat, damai, dan sejahtera tercapai jika energi tubuh selaras
dengan energi alam semesta. Suhu Handaka mengajarkan cara menyelaraskan
diri dengan energi alam lewat tai chi chuan. Penulis : Endang Ariani


Sebutan suhu, yang berarti guru, rupanya sudah lebur dengan dirinya dibandingkan namanya sendiri, Handaka Tania. Coba saja, tanyakan tentang Suhu kepada orang-orang
yang tinggal di sekitar rumahnya, Jalan Raden Saleh, Depok, mereka langsung tahu siapa yang dimaksud. Bahkan, para pedagang makanan di warung-warung seputar danau di kawasan Studio Alam TVRI yang berjarak lebih dari satu kilometer dari rumahnya, sangat mengenal laki-laki berkulit terang serta berwajah teduh ini. Hampir setiap pagi Suhu berjalan menyusurikampung melintas pinggiran danau di sana.
Inilah aktivitas yang mengawali kegiatan Suhu sehari-hari dan telah berjalan lebih dari 20 tahun, sejak ia bersama keluarganya bermukim di kawasan ini. Hingga usianya yang 63
tahun, kebiasaan jalan pagi sejauh kira-kira 6 kilometer itu tetap dilakukannya dengan teratur.

Membina persaudaraan

Para tetangga mengenal Suhu sebagai pimpinan, sekaligus pemilik pusat latihan Perguruan Bela Diri Alam Semesta, juga terapis akupunktur sebagaimana tertulis pada papan nama yang terpampang di halaman rumahnya. Dua kali dalam seminggu beberapa orang tetangga mengikuti latihan bela diri, termasukmuridnya yang paling tua saat ini – Pak Haji Ohim (88 tahun) – yang sudah belajar pada Suhu selama lebih dari 20 tahun. Saat latihan, Suhu mengawasi dibantu oleh murid-muridnya, termasuk tiga orang putranya, Felix, Irene, dan Beatrice yang sudah mampu bertindak sebagai asistennya.

Namun, tidak banyak tetangga yang tahu bahwa setiap hari, secara bergantian, tamu-tamu datang dari tempat jauh untuk belajar tai chi chuan (sejenis ilmu bela diri bagian dari tai chi)
kepada Suhu . Untuk memenuhi permintaan para peminat, secara teratur Suhu juga membuka kelas belajar tai chi chuan secara intensif selama 4-5 hari non-stop di luar kota.

Mungkin para tetangga juga tidak menduga bahwa Perguruan Bela Diri Alam Semesta yang didirikan Suhu pada tahun 1968 sempat berkibar dengan berdirinya 4 cabang di
Jakarta dan sekitarnya, beranggotakan hampir 1000 orang. Suhu juga mengajar seni bela diri tradisional Cina ini lewat blog di Internet. Jadi bisa dimengerti jika suhu sering kaget, ketika pada hari kelahirannya, tanpa diduga-duga banyak murid yang datang
menyelamatinya.

“Yang saya banggakan bukan mengajarkan silatnya, tetapi
keberhasilan perguruan kami membina persaudaraan dengan
banyak orang dari berbagai kalangan,” kata Suhu sembari
menceritakan bahwa banyak murid yang diajarnya sejak tahun
1968 masih terus menganggapnya sebagai guru.

Berbeda dengan murid-murid zaman dulu yang datang untuk belajar ilmu bela diri kungfu, murid-muridnya sekarang berlatih pada Suhu untuk mencari ketenangan dan menyembuhkan
penyakit. Kenyataan ini membuat Suhu merasa terus terpanggil untuk menyebarkan tai chi chuan, bagian dari ilmu bela diri tenaga dalam yang berfokus pada pemeliharaan kesehatan – lahir dan batin.

“Penyakit berkaitan erat dengan perasaan hati atau emosi. Sebagian besar penyakit bersumber pada pikiran. Ajaran kami meyakini bahwa mereka yang pemarah biasanya terganggu livernya sebagai efek kemarahannya; orang yang sering takut, ginjal dan kandung kemihnya akan terganggu; mereka yang terlalu girang jantungnya terancam. Sebaliknya, yang sering bersedih berlebihan, sebaiknya mewaspadai paru-paru dan usus besarnya. Nah, tai chi chuan mengajarkan kita untuk mampu mengontrol emosi, agar semua berimbang dan berjalan mulus,” kata Suhu.

Mengajar meditasi dalam gerak

Sejenak beristirahat setelah aktivitas jalan kaki, Suhu menikmati sarapan paginya berupa telur rebus dan teh kayu manis. Setelah itu, Suhu masih sempat membersihkan ruang kerjanya sendiri, sebelum bergabung dengan beberapa orang yang sudah menunggunya di pendopo tempat latihan. Dengan tegap, mereka memberi sikap hormat perguruan kepada Suhu, sebelum mulai latihan bersama.

Diiringi musik Cina berirama lembut, gerakan mereka terlihat seperti sedang menari: bergerak bersama dengan langkah yang mantap, diikuti gerak tubuh bagian atas serta tangan dengan perlahan, lembut, dan mengalir tanpa henti. Meski bergerak secara bersama-sama, masing-masing khusyuk berkonsentrasi pada diri sendiri.

“Tai chi chuan ini memang latihan meditasi dalam gerak sehingga setiap orang perlu berkonsentrasi agar bisa menghayati apa yang sedang dialaminya, di sini, pada saat ini. Itulah dasar penting dalam mempelajari tai chi. Selain itu kita harus berusaha mencapai kondisi sung, yaitu seluruh anggota badan dan pikiran kendor, santai, lepas dari segala keterikatan dengan situasi di sekelilingnya,” Suhu menjelaskan latihan yang sedang dilakukan oleh murid-muridnya.

Memahami hukum alam

Dalam ajaran yang disampaikan Suhu, tubuh manusia diibaratkan sebuah miniatur atau bentuk mini dari alam semesta. Tubuh berasal dan menjadi bagian dari alam, Karena itu, kehidupan seseorang pun menjadi bagian dari alam raya. Apa yang terjadi di alam akan berpengaruh pada manusia penghuninya. Begitu juga sebaliknya, yang dilakukan oleh setiap individu bisa mengubah keseimbangan alam sekitarnya.

Alam semesta ini berisi hamparan energi (chi). Seluruh kehidupan di alam ini, mulai dari benda seukuran sub-atom hingga partikel galaksi digerakkan oleh chi.

Dalam falsafah kehidupan Tao (yang berarti jalan atau jalur) yang menjadi dasar tai chi, diyakini bahwa alam semesta yang maha besar ini berada dalam keadaan selaras, tanpa emosi. Kekuatan besar yang memelihara alam ini kemudian melahirkan tai chi yang menjadi titik awal pergerakan energi. Gerakan tai chi ini akan melahirkan energi yang, dan setelah gerakan itu mencapai klimaksnya serta berubah menjadi tenang, akan lahir energi yin. Dua gerakan yang saling bertentangan dan saling melengkapi ini selanjutnya menciptakan keharmonisan, tanpa ada yang mendominasi.

Ketidakseimbangan yin dan yang diyakini akan menyebabkan bencana. Dalam tubuh manusia, ketidak seimbangan ini akan memunculkan penyakit. Dalam lingkup alam yang lebih luas, ketidak seimbangan akan mengakibatkan bencana alam.

“Begitu pula, tindakan yang berlebihan akan mengacaukan keharmonisan dan merusak keseimbangan. Contohnya, memotong kuku. Jika kita memotong secara berlebihan, pasti jari-jari bisa terluka bahkan bisa-bisa jari akan terpotong. Begitu pula perilaku yang mengeksploitasi alam secara berlebihan – seperti yang banyak terjadi sekarang ini – akan mencederai alam dan membuatnya sakit,” kata Suhu.
“Untuk itulah diperlukan cara yang memurnikan pikiran serta menyadarkan kita bahwa kita semua berada dalam lingkaran hukum alam. Sehebat-hebatnya seseorang, jika menabrak lingkaran hukum alam itu, dia akan hancur. Tapi jika kita terus meningkatkan diri, maka pencapaian kesadaran itu akan mendatangkan kebahagiaan yang tak terkatakan,” lanjut laki-laki yang tampak jauh lebih muda dari usianya ini..

Mengambil pelajaran dari air

Pelajaran falsafah semacam ini, menurut Suhu, perlu diajarkan pada murid-muridnya. Baginya, belajar tai chi chuan bukan sekadar belajar mengerjakan jurus-jurus, melainkan belajar mengubah pola pikir dan cara hidup, termasuk disiplin, tata krama, dan tingkah laku yang lebih baik. Belajar tai chi juga berarti belajar mengecilkan ego, sehingga bisa makin menghormati orang lain. Tai chi tanpa didasari oleh pemahaman falsafah seperti itu sama saja dengan senam atau olahraga.

“Saya tidak mau murid saya menjadi seperti robot. Mereka mesti bisa kritis, mengkaji apa yang sedang ada di balik peristiwa yang terjadi pada dirinya. Namun terlalu mengandalkan pikiran, bisa-bisa membuat orang jadi sombong, karena pikiran manusia itu sangat terbatas. Dengan tai chi chuan, atau meditasi dalam gerak, kita belajar merasakan sensasi dalam diri kita yang tidak terjangkau oleh pikiran kita. Buat saya pribadi, inilah resep hidup sehat saya,” jelas Suhu

Hiduplah mengalir seperti air, itulah prinsip hidup yang dijalaninya sehari-hari. Air selalu bergerak mencari tempat yang lebih rendah, membersihkan dan mengikuti bentuk wadahnya, sampai akhirnya menemukan ketenangan. Jurus-jurus tai chi chuan juga mengajarkan bahwa keluwesan yang sempurna mampu menguasai kekerasan di dunia. Tak ada yang lebih lunak di dunia ini dibanding air. Walau demikian tenaga air sangat sulit dibendung.
“Kita belajar untuk bersikap luwes dan lentur bukan plin-plan, karena jika kita bertahan dalam kekerasan, kita akan hancur,” kata Suhu yang dalam setiap ucapan-ucapannya sarat pelajaran hidup.
Itulah yang menjadi salah satu keistimewaannya, seperti yang diungkapkan oleh salah satu muridnya, mantan wartawan sebuah majalah berita, Suwatdi Bachrun (63 tahun). “Guru yang satu ini,” katanya, “sama sekali tidak pelit ilmu. Selain itu, keramahannya membuatnya dekat dengan murid-muridnya.”

Bak kisah Pendekar Rajawali

Mungkin sudah menjadi suratannya bahwa perjalanan hidupnya tidak berbeda jauh dengan tokoh pendekar silat Yang Kwo (Yoko) dalam buku komik Petualangan Pendekar Rajawali yang menjadi bacaan favoritnya pada masa kanak-kanak.
Lahir 1 Juni 1946 sebagai Tan Han Tjiang di Jonggol, Bogor, Suhu Handaka adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Kedua orangtuanya adalah pengusaha toko kelontong yang sukses dan memiliki pabrik sirup. Namun, masa kanak-kanak yang tenang dan damai itu berubah menjadi serba sulit ketika kedua orangtuanya harus pindah ke Kota Sukabumi karena keluar peraturan pemerintah bahwa warga yang masih berstatus asing (termasuk orangtuanya) tidak diperbolehkan menetap di kota kecamatan, seperti Jonggol.
Seperti Yoko, sejak kanak-kanak Tan Han Tjiang juga digembleng ilmu bela diri kungfu oleh ayahnya, tapi keinginannya berlatih di perguruan tidak mendapat izin ibunya. Larangan itu, toh tidak menyurutkan semangatnya berlatih sendiri.
Diam-diam Han Tjiang mempraktikkan sendiri jurus-jurus “berat” yang dibacanya di buku, misalnya jurus Telapak Tangan Pasir Besi yang berakibat kedua telapak tangan dan jari-jarinya melepuh karena direndam dalam campuran pasir dan semen. Han Tjiang kecil juga nekad berlatih dengan perangkat bela diri berupa bola-bola semen yang menambah tebal balutan perban di tangannya karena luka-luka. Malam hari, Han Tjiang meniru kelihaian pendekar idolanya dengan berlatih tidur di atas tali yang dibentang, dan tentu saja jatuh gedebuk! Akhirnya, kewalahan dengan ulah Han Tjiang, sang Mama mengizinkan anak sulungnya ini berlatih di perguruan silat Giap I Kok Sut Sia, diajar oleh guru Ong Kwi Siang.
Begitu kegandrungannya pada kungfu, hampir setiap hari Han Tjiang nongkrong di tempat latihan. Sama seperti sifat Yoko, tokoh idolanya saat itu, Han Tjiang mengaku dirinya sangat sensitif. Jika dimarahi, hatinya akan mengeras dan memberontak, sebaliknya jika ditanya secara halus dia akan menangis.
Perhatiannya pun mulai tertuju pada hal-hal yang bersifat spiritual ketika berkenalan dengan seorang kakek yang mengajarkan ajaran Tao padanya. Dari sana Han Tjiang mulai mengenal dan berlatih meditasi yang ternyata sangat manjur untuk mengendalikan emosinya. Ia merasa tertolong oleh latihan meditasi yang menjadikannya lebih sabar dan bisa menerima keadaan saat menghadapi tekanan hidup sehari-hari yang semakin berat.
Dengan susah payah Han Tjiang menyelesaikan pendidikan SMAnya di Bogor, sambil bekerja serabutan. Ketika bekerja di Kedunghalang Bogor, Han Tjiang nyambi sebagai penyiar radio amatir LCC83 dengan nama samaran Mister Love. Pada waktu luang, dituangkannya kisah hidupnya dalam puisi yang dikirimkan ke koran setempat dengan nama samaran Meta Nityananda.
Saat hangat-hangatnya peristiwa pergantian nama Tionghoa ke Indonesia, Han Tjiang berniat mengganti namanya dengan nama samarannya di koran ini, tapi salah satu guru kungfunya memberikan nama lain yang dipakainya sampai saat ini, Handaka Tania.
“Kata guru saya, Daka itu nama sejenis tanaman yang akarnya sangat kuat mampu menembus karang sekalipun. Tanaman ini bisa tumbuh di berbagai lingkungan. Belakangan saya temukan bahwa Handaka adalah banteng muda yang perkasa,” cerita Suhu menjelaskan asal-usul namanya.
Uang saku yang didapat dari jerih payahnya memberi les pelajaran sekolah dan mengajar kungfu pada saudara-saudara sepupunya, dikumpulkan untuk bekal mencari pekerjaan di Jakarta.

Merangkak mulai dari bawah

Di ibukota, kehidupan ternyata juga tidak seperti impiannya. Meski mempunyai banyak sanak saudara, Handaka justru menghindar dari mereka karena ingin mencari jalannya sendiri. Sempat bekerja sebagai mandor bangunan, juga kondektur bus jurusan Sukabumi-Jakarta, semangatnya terus berkobar untuk mengubah hidupnya yang sulit. Sempat pula kuliah di Fakultas Ekonomi sebuah perguruan tinggi di Jakarta, namun putus karena terhambat biaya. Titik terang mulai terlihat ketika lamarannya bekerja di sebuah bank asing diterima.

Ia merintis karier dari posisi paling bawah di perusahaan ini dengan penuh kesungguhan. Hidup sebagai pengangguran, begitu istilahnya untuk pekerjaan serabutan yang dilakoninya, telah meninggalkan trauma yang mendalam baginya. Tiga mustika dalam falsafah kungfu – kebijaksanaan atau kepandaian, keberanian, dan kasih sayang – selalu dijunjungnya di mana pun ia berpijak, termasuk di tempatnya bekerja.
“Prinsip saya dalam bekerja, ke atas tidak menjilat, ke bawah tidak menekan. Ke atasan saya hormat, ke bawahan saya mengayomi,” kata Suhu. Ternyata dalam waktu 2 tahun dia diangkat menjadi supervisor. Selanjutnya, perjalanan kariernya pun semakin menanjak.
Sambil meniti karier dan membina rumahtangga dengan gadis tambatan hatinya, Suhu terus mengajar ilmu kungfu. Karena kariernya sudah semakin mapan, perhatiannya pada kungfu disalurkan dengan mendirikan Perguruan Silat Alam Semesta pada tahun l968. Tahun 1980 adalah masa keemasan bagi perguruannya dengan berdirinya berbagai cabang perguruan yang tak pernah lepas dari pengawasannya.
Ajaran hidup selaras alam yang dijalaninya dengan sungguh-sungguh diakuinya telah mengantarkannya menemukan kepuasan dalam bekerja. Apa cita-cita selanjutnya dalam tai-chi yang juga telah menjadi panduan hidupnya? Keinginan yang sampai kini masih menjadi cita-citanya adalah belajar tai chi langsung di tempat asalnya, yaitu di daerah Chenziagao dan Butongsan di daratan Cina.
“Belajar tai chi itu seperti menyusuri sebuah spiral yang mengerucut ke atas. Perjalanan hidup kita ini rasanya seperti berputar-putar dalam lingkaran yang itu-itu saja, namun sebenarnya kehidupan itu selalu bergerak menuju ke tahap yang lebih tinggi, sampai nanti tercapai keselarasan lahir dan batin,” ungkapnya.
“ Walau sudah sekian jauh menempuh perjalanan, tetap saja saya sedang berusaha sampai ke sana,” katanya. Sikap yang merupakan sebuah cerminan pribadi yang telah matang menjalani falsafah tai-chi chuan: mengalir, sederhana, danselalu rendah hati. (N) Foto : Turida Wijaya

HANDAKA TANIA


"Hiduplah mengalir seperti air, itulah prinsip hidup yang dijalaninya sehari-hari.
Air selalu bergerak mencari tempat yang lebih rendah, membersihkan dan mengikuti bentuk wadahnya, sampai akhirnya menemukan ketenangan."
Sumber: Majalah Nirmala February 2010
Foto: Turida Wijaya
Penulis: Endang Ariani.

Selasa, 25 Mei 2010

PHOTO BERSAMA DIAKHIR ACARA

Baris depan dari kiri ke kanan: Sdr. Ikri, Sdr.Indra Gunawan, Sdr. Felix Wiweka(Ifei)
Baris tengah dari kiri ke kanan: Ibu Gemala Hatta, Ibu Ivone, Ibu Sonya, Ibu Hiang Marahimin, Ibu Srie Pujo, Suhu Handaka, Ibu Meutia Hatta, Ibu Halida Hatta, Ibu Sulina, Ibu Silvia Timotius, Bapak Bahrun S.
Baris belakang dari kiri ke kanan: Bapak Liauw Tjong Sen, Bapak Leonardi Timotius, Bapak Budiman Krenaedi, Bapak Zhong Qing An, Bapak Ricky, Bapak Pujo, Bapak Selamet, Bapak Tamam, Bapak Tek Nam, Bapak Djoko Waluyo, Bapak Denny Sukardi, Bapak Kurniakitti, Bapak Salim, Bapak Barita Manulang, Bapak Chen Pi, Bapak Chen Kui, Bapak Warli Watumena.

PERSAUDARAAN UNIVERSAL

DIEMPAT PENJURU LAUTAN ADALAH SAUDARA

Persaudaraan Universal


Tanggal 12 Mei sampai dengan tanggal 16 Mei 2010, Perguruan Taichi Alam Semesta menyelenggarakan latihan intensive di Pesanggrahan Bumi Tridharma, Gunung Putri Cipanas, Puncak.

Latihan kali ini adalah latihan yang ke VI dan berjalan dengan sukses. Meskipun latihan intensive ini agak berat, pak.4.oo pagi2 sudah dibangunkan oleh bunyi kentongan, pk.4.30 latihan dimulai dengan meditasi yang kemudian diselang selingi dengan latihan Taichi chuan, istirahat hanya pada waktu makan pagi, makan siang dan makan sore latihan diteruskan sampai pk.21.oo, tetapi para peserta semua berlatih dengan penuh semangat dan gembira. Peserta kali ini terdiri dari segala lapisan masyarakat, dari ibu2 rumah tangga, bapak2 yang telah pesiun, peneliti, dosen, anggota LSM dan yang paling menggembirakan dan suatu kehormatan dan kebanggaan bagi Perguruan Taichi Alam Semesta adalah ikut berpartisipasinya ketiga putri Bapak Proklamator, Bung Hatta yaitu Ibu Meutia Hatta, Ibu Gemala Hatta dan Ibu Halida Hatta. Beliau bertiga dengan kerendahan hatinya menjalankan latihan dan tata-tertip latihan yang memang berat dengan petuh disiplin dan rasa kekeluargaan. Para peserta semua berlatih dengan bersemangat dan gembira, kita semua lupa apa status kita, apa warna kulit kita, apa suku kita atau apa ras kita dan apa golongan kita yang ada hanyalah rasa persaudaraan. Berbeda tetapi bersatu dan saling mendukung. Bineka Tunggal Ika.

Mudah2an kebersamaan ini dapat terus berkembang dan berkembang karena keadaan seperti ini sangat membahagiakan dan menjadi impian kita semua, menjadi impian bangsa kita.


Salam Persaudaraan Universal bagi semuanya. Su hay ci lwe kay heng te ya, diempat penjuru lautan adalah saudara.

Senin, 24 Mei 2010

ACARA PENUTUPAN LATIHAN TG.16MEI2010

Pada acara penutupan latihan, kita mendapat kehormatan yaitu mendengarkan kata sambutan dari ibu Meutia Hatta.

"Seorang Budiman/Seorang bijaksana tidak berhenti bekerja, tetapi hatinya menyatu dengan hati rakyat".DDJ bab.49

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 11

Dari belakan kedepan: Bapak Budiman Krenaedi, Ibu Meutia Hatta, Bapak Denny Sukardi

"Kebajikan luhur seperti air, air memberi kehidupan kepada semua tanpa bersaing, air selalu mencari tempat yang paling rendah" DDJ bab 8

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 10

Bapak Pujo sedang berlatih sendiri.
Salut buat pak Pujo dan keluarganya yang kompak.

"Kebajikan yang luhur tidak dikenal sebagai kebajikan. Tetapi justru ini adalah kebajikan sejati.
Kebajikan rendah kelihatan nyata, tetapi justru karena kelihatan, maka ia bukan kebajikan yang sewajarnya". BBJ bab.38

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 9

Ibu Halida Hatta-dimuka, Bapak Rusli-dibelakang

"Hati yang senantiasa tenram, bagai air telaga yang dasarnya dalam, demikianlah hati yang tentram dimiliki orang yang berhati luhur. DDJ bab.8

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 8

Yang dimuka Bapak Joko Waluyo dan Ibu Hiang Marahimin.

"Siaya yang mengaku dirinya serba kurang maka dia akan menjadi sempurna" DDJ bab 22

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 7

Dimuka: dari kiri ke kanan Bapak Leo Timotius, Ibu Hiang Marahimin, Ibu Sonya

"Tidak ada bencana yang lebih besar dari pada gemar bermusuhan, siaya yang suka bermusuhan akan kehilangan miliknya yang berharga. DDJ bab 69

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 6

Hari ke 2 di Bumi Tridharma, Puncak.

"Yang mengerti tidak banyak bicara,
yang tidak mengerti, banyak bicara. DDJ bab.56

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 5

Dua orang dimuka adalah Bapak Tamam dan Bapak Selamat.

"Siapa yang tidak suka berebut atau bersaing maka didunia tidak ada yang dapat merebut dan menyainginya" Dao De Jing bab.22

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 4

Baris belakang: Dari kiri ke kanan :Bapak Zhong Qing An, Ibu Ivone, Suhu Handaka, Ibu Sonya, Ibu Hiang Marahimin, Ibu Silvia, Bapak Chen Kui, Bapak Felix Wiweka, paling belakang Bapak Joko Waluyo,
Yang jongkok: Bapak Rusli-kiri, Bapak Indra Gunawan-kanan.

"Siapa yang dapat mengenal orang lain adalah orang pandai, tetapi yang bisa mengenal dirinya sendiri adalah orang bijaksana.
Yang dapat mengalahkan orang lain adalah orang kuat tetapi yang dapat menaklukan diri sendiri adalah orang yang gagah perkasa" Dao De Jing bab 33

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 3

Dari belakang kedepan: Bapak Salim, Bapak Barita Manulang, Ibu Srie Pujo.

"Kekuatan dan kekerasan adalah jalan kematian,
Keluwean dan kelembutan adalah jalan kehidupan" Dao De Jing bab 76.

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 2

Dari kiri ke kanan: Ibu Meutia Hatta, Bapak Tjong Sen sedang memberi petunjuk, Bapak Warli Watumena.

"Mendidik tanpa bicara,
Membiarkan semua berkembang bebas tanpa bicara,
Memberi kehidupan tanpa niat menguasainya (red. tanpa pamrih?)
Membesarkan tanpa mengaitkan kepentingan pribadinya,
Setelah berhasil tidak merasa berjasa,
Bagi orang yang tidak pernah menuntut jasa, jasanya tidak akan meninggalkan dia."
Dao De Jing bab.2 (sebagian)dikutib dari buku The Wisdom of Lao Zi terjemahan Andri Wang.

PHOTO2 DI BUMI TRIDHARMA. 1

Dari kiri kekanan: Bapak Tamam dari Garut, Bapak Salim dari Bekasi dan Ibu Gemala Hatta dari Jakarta.

"Kehati-hatian dapat mencegah kecerobohan, ketenangan adalah majikan dari emosi" Dao De Jing bab 26

HARI PERTAMA DI BUMI TRIDHARMA

Hari Pertama bagi Pemula memang terasa berat tetapi ada pepatah kuno mengatakan: Perjalanan jauh ribuan mil dimulai dari langkah pertama.